Adm Desa Pilangsari

ADAT BUDAYA "MAPAG TAMBA"

123 0

Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, menyimpan kekayaan budaya dan tradisi leluhur yang masih lestari hingga kini. Salah satunya adalah ritual Mapag Tamba, sebuah upacara adat yang bertujuan untuk "mengobati" padi agar terhindar dari hama, penyakit, dan segala bentuk malapetaka yang dapat mengganggu hasil panen. Ritual ini menjadi simbol harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta dalam menjaga keberlangsungan pertanian.

Makna Mapag Tamba

"Mapag Tamba" berasal dari bahasa Sunda, di mana "mapag" berarti menyambut atau menjemput, dan "tamba" berarti obat. Secara harfiah, ritual ini dimaknai sebagai upaya menjemput "obat" untuk padi agar tumbuh subur dan menghasilkan panen melimpah. Masyarakat Desa Pilangsari percaya bahwa padi tidak hanya membutuhkan perawatan fisik seperti pupuk dan pestisida, tetapi juga perlindungan spiritual melalui doa dan ritual.

Prosesi Ritual Mapag Tamba

Ritual Mapag Tamba biasanya dilaksanakan pada masa awal tanam padi atau ketika tanaman padi mulai tumbuh. Berikut tahapan pelaksanaannya:

  1. Persiapan Bahan Ritual

    • Air dari 3 Sumber Air yang telah didoakan oleh sesepuh atau kuncen (juru kunci adat).

    • Berbagai jenis bunga dan daun-daunan  (kembang tujuh rupa).

    • Kemenyan atau dupa untuk pengiring doa.

    • Sesajen sederhana sebagai bentuk syukur kepada alam dan leluhur.

  2. Pembacaan Doa dan Mantra
    Seorang sesepuh atau pemimpin adat memimpin pembacaan doa-doa khusus untuk memohon keselamatan padi. Doa-doa ini berisi permohonan agar tanaman terhindar dari hama, penyakit, dan bencana alam. Air yang telah didoakan kemudian dipercikkan ke sawah sebagai simbol penyucian dan perlindungan.

  3. Penaburan Bunga dan Daun Keramat
    Bunga dan daun yang telah disiapkan ditaburkan di sekitar pematang sawah atau area persawahan, dengan membagi 2 kelompok tugas, mulai dari arah Barat batas wilayah dan berakhir di sebelah Timur batas wilayah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penolak bala.

  4. Penutup dengan Makan Bersama (Salametan)
    Sebagai bentuk syukur, warga mengadakan makan bersama dengan hidangan sederhana seperti tumpeng, nasi liwet, atau makanan tradisional lainnya.

Nilai Filosofis Mapag Tamba

Ritual ini tidak hanya sekadar tradisi, tetapi mengandung nilai-nilai luhur, seperti:

  • Keseimbangan Alam: Manusia tidak hanya mengambil hasil bumi, tetapi juga harus menjaga kelestariannya.

  • Gotong Royong: Prosesi ini melibatkan seluruh warga, mempererat tali persaudaraan.

  • Spiritualitas Agraris: Keyakinan bahwa keberhasilan pertanian tidak hanya bergantung pada usaha manusia, tetapi juga atas izin TuhanMeski zaman telah berubah, masyarakat Desa Pilangsari tetap mempertahankan ritual ini sebagai bentuk pelestarian budaya. Bahkan, generasi muda mulai diajak terlibat agar tradisi ini tidak punah. Pemerintah setempat dan pegiat budaya juga mendokumentasikan ritual ini sebagai warisan budaya tak benda. Mapag Tamba adalah bukti kearifan lokal masyarakat Desa Pilangsari dalam menjaga hubungan dengan alam dan Sang Pencipta. Ritual ini mengajarkan kita bahwa pertanian bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang penghormatan terhadap kehidupan."Mapag Tamba, Mengobati Padi dengan Doa, Merawat Warisan Leluhur untuk Generasi Mendatang."

Tag : #MapagTamba #BudayaPilangsari #AdatSunda
Bagikan:

0 Komentar

Statistik Pengunjung

Online 24
Hari ini 319
Kemarin 281
Bulan ini 600
Tahun ini 25220
Total 25240
PEMERINTAH DESA PILANGSARI

Jl. Buyut Kondur No.1 Desa Pilangsari Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka

007

[email protected]

Ikuti Kami
Link Terkait

© Pemerintah Desa Pilangsari. All Rights Reserved. Powered by easydes.id

Design by HTML Codex

Hubungi kami