Warga Desa Pilangsari kembali menggelar acara adat tahunan "Munjungan Buyut Gempol", sebuah tradisi turun-temurun yang menjadi simbol rasa syukur, penghormatan kepada para leluhur, serta sarana mempererat hubungan antarwarga. Tahun ini, kegiatan digelar dengan mengusung tema: "Nanjung Buyut, Nanjang Baraya, Ngajaga Duduluran” yang bermakna menjunjung nilai leluhur, memperluas tali persaudaraan, dan menjaga kebersamaan.
Acara berlangsung meriah sejak pagi hari, diawali dengan adat Buka Lawang Pintu Makam Buyut Gempol dan doa bersama di situs Buyut Gempol. Warga dari berbagai dusun, tokoh masyarakat, hingga generasi muda turut larut dalam rangkaian prosesi adat yang dikemas penuh khidmat sekaligus hangat.
Ketua panitia menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah menjaga silaturahmi antarwarga, memperkuat rasa saling memiliki, dan menjaga harmonisasi sosial. Selain itu, tradisi ini menjadi bentuk ungkapan syukur kepada Yang Maha Esa atas limpahan rezeki, keselamatan, dan keberkahan yang telah diterima masyarakat selama setahun terakhir. Warga juga memaknai acara ini sebagai wujud terima kasih kepada para pendahulu yang telah mewariskan nilai-nilai kebajikan serta menjaga keseimbangan desa dari masa ke masa.
Pada malam harinya, acara diisi oleh pagelaran wayang kulit dengan lakon "Wisanggeni Gugat" , dibawakan oleh Ki Dalang H. Rusdi dari Indramayu, seorang dalang yang dikenal piawai dalam membawakan kisah-kisah pewayangan penuh makna. Pagelaran ini turut dimeriahkan oleh pesinden Hj. Ugi S, yang berhasil memukau penonton dengan suara khas dan cengkok indahnya.
Selain memberikan hiburan, pertunjukan wayang kulit ini juga menjadi sarana penyampaian pesan moral kepada masyarakat tentang keberanian, keadilan, dan pengabdian—nilai-nilai yang selaras dengan filosofi acara adat Munjungan Buyut Gempol.
Dengan terselenggaranya tradisi ini, masyarakat Pilangsari berharap agar generasi muda terus mencintai budaya lokal, menjaga kerukunan, dan meneruskan nilai-nilai yang telah diwariskan. Munjungan Buyut Gempol bukan sekadar ritual adat, tetapi juga perekat kebersamaan serta identitas budaya yang menjadi kebanggaan desa.